Awan ternyata penuh dengan bakteri hidup, ini dinyatakan oleh ilmuwan Birgitt Sattler beberapa waktu yang lalu. Para ahli saat ini sedang mencoba untuk mengidentifikasi organisme yang baru saja ditemukan itu. Mereka telah menemukan 1500 bakteri yang berbeda yang hidup di dalam setetes air yang dikumpulkan dari awan di atas pegunungan Alpen di Austria.
Penelitian tersebut baru-baru ini telah memicu debat atas apakah micro-organisme yang dilahirkan di awan, dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Scientists yang telah menemukan bakteri tadi yakin bahwa mereka ,para bakteri tersebut, bertanggung jawab dalam memacu jatuhnya hujan dan dapat mengubah iklim bumi. Makhluk- makhluk ini telah diketahui bahwa mereka dapat diterbangkan angin ke atmosfir, tetapi para ahli belum yakin apakah mereka dapat survive dan tumbuh berkembang di dalam awan.
Birgitt Sattler, seorang ahli meteorologi wanita dari Universitas Innsbruck,Austria, menyatakan, ”Kami terkejut ketika menemukan bakteri yang tumbuh secara aktif (di dalam awan). Atmosfir yang tinggi, yang bersih dan dingin, bukanlah tempat yang ideal untuk pertumbuhan bakteri”. Birgitt Sattler beserta teamnya telah mempelajari beberapa sampel awan yang melewati Gunung Sonnblick dekat Salzburg,Austria. Beberapa tetes air dari awan tersebut didinginkan di atas piringan khusus dan di cairkan di laboratorium. Ternyata, setiap mililiter air tersebut berisi 1500 bakteri dengan berbagai bentuk dan ukuran. Saat ini, Dr. Sattler sedang menganalisis DNA dari bakteri- bakteri tersebut untuk mengetahui spesiesnya.
Dia menambahkan, ‘’sampai saat ini, kami baru membuktikan bahwa terdapat kehidupan di atas sana yang dapat mereproduksi. Sekarang ini kami ingin tahu apakah itu”.
Para ahli dari Inggris telah menyerukan untuk diadakannya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah bakteri- bakteri tadi dapat menimbulkan penyakit pada manusia seperti demam, flu atau asthma. Panos Kavanos, seorang pengajar di bidang kesehatan di the London School of Economics, telah mengingatkan,” Beberapa bakteri memiliki cukup resistansi terhadap temperatur dan menjadi resistan terhadap semua jenis obat dan antibiotik.
Seorang ahli meteorologi, Piers Corbyn mengamini,” Secara statistik, terdapat bukti bahwa manusia cenderung mengalami penurunan (daya tahan) terhadap penyakit-penyakit (ringan) umum lebih sering ketika tekanan udara mengalami perubahan- perubahan. Ilmu tentang terbentuknya awan masih belum diketahui dengan baik. Ide bahwa awan dapat membawa bakteri merupakan sesuatu yang menarik”.
Beberapa bakteria penyebab penyakit terbawa angin melalui udara, mulai dari demam dan flu yang sederhana sampai dengan yang lebih serius seperti TBC. Seorang jurubicara rumah sakit untuk Penyakkit- penyakit Tropis di London dikutip telah mengatakan, ”Saya tidak dapat membayangkan beberapa (bakteri) dapat survive di temperatur yang membeku di dalam awan, tetapi tentu itu tergantung pula pada seberapa tinggi awan tersebut”.
William Marshall, seorang penjelajah, mengatakan bahwa ia juga telah menemukan bakteria masih hidup di bawah kondisi yang ekstrim di antartika setelah mengalami perjalanan 1000 mil dari Amerika Utara. Dia menambahkan,” Ini adalah pertama kali penyebaran sesuatu lewat udara lintas benua telah direcord. Mereka seharusnya telah terbang jauh di atas atmosfir sana”.
Diskusi masih berlangsung, penelitian terus berjalan. Bagaimana dengan Indonesia yang beriklim tropis ? Tentu ini menjadi tantangan tersendiri bagi saintis di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar