Bumi secara teratur masuk ke sebuah zaman es setiap 100.000 tahun. Berakhirnya zaman es itu mengantar iklim hangat dan melahirkan peradaban manusia.
Kebanyakan ilmuwan mengatakan pemicu berakhirnya zaman es adalah pergeseran orbital yang menyebabkan lebih banyak sinar matahari yang jatuh di bagian utara bumi. Tapi bagaimana bagian selatan menyusul begitu cepat?
Lapisan es yang mencair itu mengatur ulang sabuk angin bumi, mendorong udara hangat dan air laut selatan dan menarik karbon dioksida dari laut ke atmosfer, dan memungkinkan planet lebih panas.
Hipotesis mereka memanfaatkan data iklim yang diawetkan dalam formasi gua, inti es kutub dan sedimen laut untuk menggambarkan bagaimana akhirnya bumi mencair.
"Makalah ini menarik beberapa studi terbaru dan menjelaskan bagaimana pemanasan di utara memicu perpindahan ke selatan dan berakhir zaman es. Akhirnya, kami memiliki gambaran yang jelas tentang telekoneksi global di sistem iklim bumi yang aktif dalam skala waktu yang panjang," kata penulis bersama studi Bob Anderson, pakar geokimia di Columbia University Lamont-Doherty Earth Observatory (CULDEO).
"Ini hubungan sama yang membawa bumi dari zaman es terakhir yang aktif hari ini, dan mereka pasti akan memainkan peran dalam perubahan iklim di masa mendatang juga," tambah Anderson.
Bumi secara teratur masuk ke sebuah zaman es setiap 100.000 tahun atau lebih, akibat orientasi ke arah pergeseran matahari dalam apa yang disebut siklus Milankovitch, kata rilis universitas.
Pada puncak zaman es terakhir, sekitar 20.000 tahun yang lalu, sebagian besar Eropa dan Asia terkubur di bawah lembaran tebal es, dan orbit bumi bergeser.
Sinar matahari musim panas mulai jatuh di belahan bumi utara, mencairkan lapisan es yang besar dan mengirim gunung es dan air segar ke Samudera Atlantik Utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar